Kamis, 24 Desember 2015

PERENCANAAN BENCANA




2.1.1 Definisi kota
·         Kota (city): Tempat dimana konsentrasi penduduk lebih padat dari wilayah sekitarnya karena terjadinya pemusatan kegiatan fungsional yang berkaitan dengan kegiatan atau aktivitas penduduknya.
·         Kota (city): Pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan wilayah administrasi yang diatur dalam peraturan perundangan, serta permukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan (Pemendagri No. 2/1987).
·         Pengertian kota (city)dilihat dari berbagai aspek
LINGKUP
               
PENGERTIAN KOTA
Fisik:
Suatu wilayah dengan wilayah terbangun (buit up area) yang lebih padat dibandingkan dengan area sekitarnya
Demografis:
Wilayah dimana terdapat konsentrasi penduduk yang dicerminkan oleh jumlah dan tingkat kepadatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan di wilayah sekitarnya
Sosial:
Suatu wilayah dimana terdapat kelompok-kelompok sosial
masyarakat yang heterogen (tradisional – modern, formal
informal, maju – terbelakang, dsb)
Geografis:
Suatu wilayah dengan wilayah terbangun yang lebih padat dibandingkan dengan area sekitarnya
Statistik:              
Suatu wilayah yang secara statistik besaran atau ukuran jumlah penduduknya sesuai dengan batasan atau ukuran untuk kriteria kota
Ekonomi:
Suatu wilayah dimana terdapat kegiatan usaha yang sangat beragam dengan dominasi di sektor non pertanian, seperti perdagangan, perindustrian, pelayanan jasa, perkantoran, pengangkutan, dll
Administrasi:     
Suatu wilayah yang dibatasi oleh suatu garis batas
kewenangan administrasi pemerintah yang ditetapkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan tertentu.

Perkotaan (urban): Kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi .
·         Kawasan perkotaan juga dapat beraglomerasi membentuk suatu metropolitan à pengertian dan contoh metropolitan.

2.1.2 Klasifikasi kota
·   Kota sebagai “node” (kota sebagai bagian dari konstelasi regional) VS Kota sebagai “area” (kota sebagai ruang perencanaan)
·   Berdasarkan ukuran (jumlah penduduk): 1) Kota Raya (Metropolitan) : > 1.000.000, 2) Kota Besar: 500.000 – 1.000.000, 3) Kota Sedang   : 100.000 – 500.0000, 4) Kota Kecil: < 100.000
·   Berdasarkan fungsi (misalnya dalam konteks Indonesia): Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Setiap negara, bergantung pada sistem perencaannya masing-masing dapat memiliki klasifikasi yang berbeda.
·   Klasifikasi kota menurut Harris dan Ullman, berdasarkan fungsi: 1) Central places (service centers for local hinterland), 2) Transportation cities (break-bulk and allied for larger regions), and 3) Specialized-function cities.

2.1.3 Elemen perkotaan
·   Doxiadis: Alam (nature), Individu manusia (Antropos), Masyarakat (Society), Ruang kehidupan (Shells), Jaringan (Network)
·   Patrick Geddes: Place, Work, Folk
·   Kevin Lynch: The image of the city (1960) à Sifat suatu obyek fisik yang menyebabkan kemungkinan besar membuat citra yang kuat pada setiap orang à di dalam kota: path, edge, district, node, dan landmark.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgV8Wc9mkJVna4VYOYE9EXY9nLQbvMCoZA1hkuLKMpZuFNbXcQpxrPalLjbXUk5cNLv8VFGbf7SZWlIDs2Y96QZKrlMqlsv9jZnXnmi33LLuiECRq9Js3WsJtV-JG5fclmTDGyD4_5uOmuT/s320/Screenshot_11.jpg


Kus Hadinoto: Wisma, Marga, Suka, Penyempurna
·   Elemen kota yang membentuk kota umumnya adalah: pusat kegiatan/pelayanan, kawasan fungsional, dan jaringan (misalnya transportasi)



2.1.4 Teori dan konsep dasar geografi kota dan perencanaan kota
·         Perencanaan Kota atau Manajemen Kota (Caroll, N.D.R., 1993)
Perencanaan kota à lebih memperhatikan pada persiapan dan antisipasi kondisi kota pada masa yang akan datang, dengan titik berat pada aspek spasial dan tata guna lahan; Manajemen Kota à lebih memperhatikan kegiatan yang akan segera dilakukan dengan titik berat pada aspek intervensi dan pelayanan publik yang akan berimplikasi pada kondisi kota secara keseluruhan
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9jDVZbEQxmnQmBXM8rBroYb0wVj8kJr8RjneuCu5Li3Yxzq2lcARuSgGpoVkg2qchvAZnKVmaZ1cJu6raOU1ou1R8fsuexCS0jbPulnTfyKX113AhkDIuEnI2axWE96bXFUK9QqvMWoZx/s320/Screenshot_12.jpg

2.1.5 Pentingnya perencanaan kota
·   Perencanaan kota memiliki urgensi untuk dapat menyelesaikan persoalan sebagai berikut: Excessive size, Overcrowding, Shortage of urban services, Slums and squatter settlements, Traffic congestion, Lack of social responsibility, Unemployment & underemployment, Racial & social issues, Westernization vs modernization, Environmental degradation, Urban expansion and loss of agricultural land, Administrative organization
·   Statistik menunjukkan bahwa pada dekade ini, lebih dari 50% masyarakat dunia telah tinggal dan memiliki penghidupan di kota dan wilayah perkotaan.
·   Secara umum, 50 – 60% GDP suatu wilayah digerakkan oleh kegiatan ekonomi di kawasan perkotaan,misalnya melalui kegiatan industri, perdagangan, dan jasa à city as the engine of economic growth
·   Perencanaan kota juga memiliki urgensi untuk menata struktur dan relasi sosial masyarakat karena berbeda dengan masyarakat perdesaan yang cenderung homogeny, masyarakat perkotaan adalah terdiri atas berbagai macam kelas dan etnis (heterogen). Dalam hal ini, perencanaan kota juga memiliki fungsi untuk menjaga stabilitas sosial.

2.2 Perkotaan
2.2.1 Tata guna lahan perkotaan
·   Komponen penggunaan lahan di wilayah perkotaan, terbagi atas kawasan budidaya dan kawasan lindung.
·   Ciri penggunaan kawasan budidaya di perkotaan à mixed use
·   Kawasan lindung perkotaan à ruang terbuka hijau, ruang terbuka non-hijau, hutan kota.
·   Konsep terkini penggunaan lahan di perkotaan à Compact city
2.2.2 Fenomena dan karakteristik kota dan berkembangnya kota
·   Perkembangan kota (dengan menggunakan pendekatan morfologi kota) à Ditekankan pada bentuk-bentuk fisikal kawasan perkotaan yang tercermin dari jenis penggunaan lahan, sistem jaringan jalan, dan blok-blok bangunan. 
·   Townscape, Urban sprawl, Pola jalan à sebagai indikator untuk melihat urban form, pola fisik atau susunan elemen fisik kota. Kota dapat diklasifikasikan sebagai kota dengan “bentuk kompak” dan “tidak kompak”
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSzkTXXi8Fj4BHXQnVAesWouGU5_5IOKOPkVck9Ru1-xRGXFQID26FZb5fnsEmLAmNVkg0v-gpJOP3x9MQBLc9Nwu1QDbiGstAj9xpyUY7P4JgQkxJPfW2YUhrF9rFCWEM3JVYfsZfmnQf/s1600/Screenshot_13.jpg
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgP6H3gmHe_w8t7rR8qheDn4rnaOIJ02yTtke1_XvTt2dFND_FntXTLMIof3C8Vsb7AKdnbL2qD_2ElaMYWK1XsUDcb64SHw_EYWcAQISOiaG8j7QLNAch4KDtCfdGaoBL1cgmK7-ieADGV/s640/Screenshot_14.jpg
  Urban sprawl
      Urban sprawl refers to the areal expansion of urban concentrations beyond what they have been. Urban sprawl involves the conversion of land peripheral to urban centers that has previously been used for non urban uses to one or more urban uses (Northam, 1975). Proses perluasan/perembetan kawasan terbangun kota ke arah luar sebagai dampak dari meningkatnya jumlah penduduk dan kegiatan perkotaan.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5euZUa5WWE4jCI7izOl3dZWJmN634coLHMMmxyb7iCfk5m0KdweieZx-w-jeGE9ciKIWbnJwYacwyCaLVRN91toGmq6pOp7Grtxg17HrcXF7bcnxDIgbaIP0GHeBlqOeFcvG6QNO8MtXQ/s1600/Screenshot_15.jpg
2.2.3 Teori struktur, tata ruang, dan perkembangan kota (Teori Burgess, Hoyt, Harris dan Ullman, Bergel,Griffin dan Ford, Alonso, dll)
·   Dua pendekatanà Pendekatan ekologis: Concentric zone (Burges), Sectoral (Hoyt), dan Multiple Nuclei (Haris Ullman) atau Pendekatan ekonomi – neoklasikal: land value theory, industrial location, central place.
·   Concentric Zone Model (B.W Burges)

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYOyhppvRVqwTqqEYlSK3hn7hIs3SgN2uAvsxDEoFS1ZPZXuW2MCpBbP2pQLrwHrpopkbuC0Q7SVNsbcofWjea12ihJ-_lbV1xbNlTYkrEx6BFZB-0zXjZIynUFilEH9kUUZAY_3zdK4vv/s1600/Screenshot_16.jpg


 n  Model Burgess, 1920-an
I.             CBD
II.            Whole sale
III.           Low income housing
IV.          Middle income hhousing
V.            High income housing

Sectoral model (H. Hoyt)
          H. Hoyt (1939)
          Settlements in wedge-shaped pattern instead of rings, due to rent pattern
          High rent residential areas è strategic, accessible, best location, comfortable
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEium7FHvWs4PYXJSxYcsHpSuvxZk0Q2iCYblFtceon9TXFyY6ZAiWSE0gw_dI_lw8cJ6dSNOtJvCJ9LYdh1nbDzWOlcTvVs-LuIuOfiwbsKBLPZc3WLepKOtv_A03hFEf99ISFKuYqPwLxo/s1600/Screenshot_17.jpg
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgGttG59sUNxwLUc3WoH8TnJbfzy9rYUBox-jChjO-tlgS8HwrBGn5_q3TB6MXRj3polw_n1tarthaNqoLTzCerJJQPXyiFJgQZzhH3YoAwyRqTUQt3CXJmgWePbmLTKfWkFQmhj9zb7P2/s1600/Screenshot_18.jpg
          Other centers have their own functions•          Land use pattern is built around several discrete centers, instead of one
          Zones are not created based on distance from CBD

·   Perbandingan antara sectoral and multle nuclei model
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjoHLaU9MyTIHjuMwl7JJ6lwcHJPDqgDyRguPQQ7uNlNKDQevsMWdmU4XpCjUWTnQv-kZ8_gHxeW9-B5ceijMv4cDQEMn5N4zx8Wpl_YT8AKc_k0tArcu1N4K0HcNefDzUPiVxivpOEVyp/s640/Screenshot_19.jpg
  Perbandingan teori yang berangkat dari pendekatan ekonomi
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6i53z30APE4gMBKGyCe5fQEnM4Q_DeHZrpCeJN75Y496EAe36JQNqlet5jXH1nMZL0kFT7tNyCV1aScQBZsh-1ZpfdeKIZfiTH7WUoaDaOq8Qw4wem5tbjc0Guv38cfLeO0870vwXrO3K/s640/Screenshot_20.jpg

2.2.4 Infrastruktur wilayah dan kota
·   Hubungan pengembangan infrastruktur dan perencanaan wilayah dan kota: a) pengembangan infrastruktur membutuhkan lahan sehingga harus direcanakan agar efisien; b) sistem infrastruktur akan menjadi kerangka bagi pola pemanfaatan ruang kota; c) sistem jaringan tidak terikat pada batas administrasi di dalam kota.
·   Jenis – jenis infrastruktur wilayah dan kota: transportasi, energi, air bersih, persampahan dan limbah, telekomunikasi.
·   Pengembangan infrastruktur juga dilakukan paralel dengan penyediaan fasilitas sosial; meliputi fasilitas kesehatan, pendidikan, perdagangan, pariwisata, dan sebagainya.
·   Beberapa permasalahan pengembangan infrastruktur wilayah dan kota: a) kesulitan dalam praktik untuk memastikan pembangunan infrastruktur sesuai dengan perencanaan wilayah dan kota; b) adanya permasalahan kewenangan, koordinasi, dan pemberlakukan rencana tata ruang  sebagai landasan bagi pembangunan infrastruktur; c) persoalan pendanaan yang timbul akibat pendekatan sektoral di dalam penganggaran; d) persoalan territorial dan jangkauan pelayanan serta sinergi rencana tata ruang dengan masing-masing sektor infrastruktur; e) kecepatan pembangunan dan pengembangan.

2.2.5 Ekonomi perkotaan
·   Tahap perkembangan kota: Export specialization à Export complex à Economic Maturation

2.2.6 Penduduk kota
·   Penduduk kota dan urbanisasi (De Bruijne, 1987).
Suatu fenomena yang mencakup: Pertumbuhan persentase penduduk yang bertempat tinggal di perkotaan, baik secara mondial, nasional, maupun regional; Berpindahnya peduduk ke kota-kota dari perdesaan; Bertambahnya penduduk bermatapencaharian non-agraris di perdesaan; Tumbuhnya suat permukiman menjadi kota; Mekarnya atau meluasnya struktur artefaktial-morfologis suatu kota di kawasan sekitarnya; Meluasnya pengaruh suasana ekonomi kota ke perdesaan; Meluasnya pengaruh suasana sosial, psikologis, dan kultural kota ke perdesaan.
·   Pertumbuhan penduduk kota dan urbanisasi (Hauser & Gardner, 1985)
Urbanisasi baru dapat terjadi apabila laju pertumbuhan penduduk perkotaan lebih besar daripada laju pertumbuhan penduduk perdesaan. Dengan kata lain apabila laju pertumbuhan keduanya sama, urbanisasi dapat dikatakan tidak terjadi.


2.3 Perencanaaan dan Peremajaan kota
2.3.1 Teori perencanaan
·   Klosterman (1996), Argumen perlunya dilakukan perencanaan pada domain publik à 1) Argumen ekonomi: perencanaan dibutuhkan karena mekanisme pasar terbukti tidak mampu menyediakan berbagai kebutuhan barang dan pelayanan yang dibutuhkan masyarakat; 2) Argumen pluralist: perencaan dibutuhkan untuk mengatur relasi kekuasaan dan kesetaraan di dalam masyarakat; 3) Argumen tradisional: dominasi perencana dan arsitek sebagai motor proses perencanaan dan pembangunan secara umum; serta 4) Argumen Marxist: perencana dan perencanaan sebagai aktor dan proses yang dapat melawan dominasi pola kapitalistik di dalam pembangunan.
·   Klasifikasi perencanaan sebagai proses; perencanaan dari atas (top-down) dan bawah (bottom-up).
·   Brooks (2002)[1],memberikan konseptualisasi atas lokus dan moda perencanaan serta peran perencana yang timbul sebagai konsekuensi logis atas kombinasi lokus dan moda perencanaan.
               







2.3.2 Teori lokasi dan pola keruangan

2.3.4 Sistem perumahan
·   Perspektif dasar pembangunan sistem perumahan à House as a verb and as a noun (Turner, 1976); Implikasi à 1) Perumahan sebagai komoditas ekonomi, dilihat hanya dari sudut pandang supply-demand serta dibiarkan dikelola oleh pasar; 2) Perumahan sebagai kebutuhan dasar, rumah sebagai hak warga negara sehingga Negara memiliki kewajiban untuk menyediakan perumahan bagi masyarakat; 3) Perumahan di dalam kerangka welfare state, implikasinya adalah mass production dan prefabrication; serta 4) Perumahan sebagai pemenuhan kebuthan diri sendiri (self reliance).
·   Isu – isu di dalam sistem pengembangan perumahan: a) peningkatan kualitas perumahan kumuh, b) penyediaan perumahan secara berimbang, c) keberadaan

2.3.5 Perencanaan transportasi
·   “Transportasi adalah perpindahan seseorang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain” Robinson (1978).
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwM_j6xOBaPZ5a6g6JHi9abdDpwncJR-fXZuzesx1s8982cymBC4KxUUBW7wDh0zKf3v5hTiix2SRfoBYmMsVKSC8LUxratq_hk1jAoauZLuxwoHawTTVYjcPogM1sbFSHt4gGfBnFtiZy/s1600/Screenshot_24.jpg
Kota – kota dunia dengan kualitas hidup yang baik, pada umumnya menerapkan konsep transit-oriented development (TOD) à konsep dimana sistem transportasi merupakan tulang punggung utama pembentuk struktur kota. Pada konsep ini simpul transportasi terintegrasi dengan pusat – pusat aktivitias serta konektivitas antar moda diprioritaskan. Sebagai dampak langsungnya, masyarakat pada umumnya dapat mengandalkan penggunaan moda transportasi publik dibandingkan milik sendiri sehingga dapat mengatasi kemacetan.

2.3.6 Aspek kebencanaan dalam perencanaan
·   Aspek kebencanaan merupakan termasuk aspek yang dipertimbangkan dalam perencanaan kontemporer.
·   Aspek kebencaan dalam perencanaan dapat dilakukan dengan memahami bahwa proses dan produk perencanaan dipengaruhi dan mempengaruhi  risiko bencana yang dihadapi oleh suatu wilayah/kota.
·   Secara umum, para ahli bersepakat bahwa Risiko bencana (R) merupakan fungsi dari Bahaya (H), Kerentanan (V), dan Kapasitas (C) à R = (H x V) / C à Dengan demikian, perencanaan dapat berperan untuk mengurangi kerentanan ataupun meningkatkan kapasitas terhadap kejadian bencana. Dalam hal ini, perspektif yang perlu dibangun ialah perencanaan sebagai cara pengurangan risiko bencana (mitigasi bencana).
·   Perencanaan sendiri dapat berperan di dalam menentukan item mitigasi bencana struktural (misalnya pembangunan bangunan evakuasi tsunami, banjir kanal, dll) maupun mitigasi non-struktural (misal: pendidikan kebencanaan, penguatan komunitas, dll).

2.3.7 Perencanaan partisipatif
·   Argumen terhadap kemunculan perencanaan partisipatif
o  Dalam konteks Indonesia bahwa perencanaan top-down telah gagal dalam mengantarkan pembangunan yang berkelanjutan sehingga perlu diganti dengan perencanaan yang berasal dari bawah (bottom-up) (Adisasmita, 2006)[2].
o  Perencanaan top-down dan pengaturan keseimbangan antara peran pemerintah dan pasar telah gagal dalam mengantarkan layanan kebutuhan bagi masyarakat, gagal mengetengahkan kehidupan yang berkelanjutan dari dimensi lingkungan dan sosial (Ife dan Tesoriero, 2006)[3].
·   Urgensi perencanaan partisipatif (Conyers, 1991)
o  partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat yang tanpa kehadirannya program pembangunan akan menemui kegagalan.
o  masyarakat akan lebih mempercayai kegiatan atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya – hal ini berkaitan dengan pengetahuan detail program pembangunan  dan keberadaan rasa memiliki
o  Partisipasi merupakan manifestasi hak demokrasi masyarakat dalam proses pembangunan.
·   Partisipasi adalah keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program/proyek pembangunan yang dikerjakan masyarakat lokal (Adisasmita, 2006:38).
·   Osborne (2005) menguraikan karakteristik perencanaan partisipatif sebagai berikut: a) setiap warga memiliki suara dalam pembuatan keputusan, b) dilakukan dalam konteks tunduk pada peraturan hukum, c) adanya keterbukaan, d) ketanggapan terhadap suara dan potensi masyarakat, e) berorientasi pada kesepakatan bersama, f) dilakukan dan diimplementasikan secara bertanggungjawab, g) mengedepankan keadlian, dan h) dilakukansecara efektif dan efisien.

2.3.8 Perencanaan dan politik
·   Aktor perencanaan: The prince (1st system), pembangunan oleh penguasa; the merchant (2nd system), pembangunan oleh sektor privat, dan the citizen (3rd system), pembangunan oleh masyarakat dengan endogenous potential, berorientasi pada self-reliance, pemebuhan basic needs, dan partisipasi.
·   Aspek politik dalam perencanaan, paradigma yang bergeser karena: a) Perkembangan kota sukar dikendalikan sehingga harus direncanakan dan diakomodasikan; b) Pengambilan keputusan dalam pembangunan kota lebih banyak dilakukan oleh perorangan atau organisasi, bukan semata-mata oleh pemerintah kota; c) Keterbatasan pemerintah dlm mempengaruhi sistem kota secara efektif sehingga aspek tsb diserahkan kepada mekanisme pasar; d) Adanya kendala keterbatasan sumberdaya yang dihadapi pemerintah, baik secara nasional maupun lokal (terutama keterbatasan finansial); e) Kenyataan bahwa standar pelayanan sulit diterapkan pada masyarakat (isu affordability), menerapkan harga (price) pada pelayanan tersebut (isu cost recovery), serta bagaimana penyediaan pelayanan tersebut dapat dialokasikan pada yang membutuhkan (isu equity dan replicability), sehingga pelayanan tersebut dapat dinikmati oleh kelompok tertentu.
·   Di dalam sistem demokrasi yang dipromosikan secara global, dimensi politik berperan untuk menjamin akuntabilitas proses dan produk perencanaan. Sebagai konsekuensi langsung, di dalam proses perencanaan, aspek partisipasi masyarakat perlu ditingkatkan untuk menjamin akuntabilitas sosial. Lebih lanjut, proses pemantauan dan evaluasi atas implementasi rencana juga perlu dilakukan melalui law enforcement serta penguatan check-and-balance antar lembaga sebagai bentuk akuntabilitas horizontal. Pada akhirnya, masyarakat juga perlu mendapatkan edukasi politik agar memilih aktor di lembaga eksekutif (gubernur / walikota) maupun legislatif yang memiliki visi perencanaan serta dapat mengimplementasikan rencana; hal ini sebagai bentuk akuntabilitas vertikal.

2.3.9 Esensi dan manfaat peremajaan kota
·         

2.3.10 Pengembangan kawasan pesisir
·   Hubungan antar 10 Ekosistem pesisir (Burbridge & Marangos, 1985, dalam Dahuri, et.al.,1996)
·   Delineasi wilayah pesisir

·   Isu / permasalahan yang dihadapi perencanaan wilayah pesisir: a) over-eksploitasi SDA, misalnya overfishing; b) ancaman terhadap biodiversitas dan kepunahan spesies; c) perusakan ekosistem; d) pencemaran dan sedimentasi; e) bencana alam dan perubahan iklim.
·   Urgensi perencanaan wilayah pesisir untuk dikelola secara terpadu: a) sangat produktif dan mengandung potensi pembangunan yang tinggi; b) kawasan pesisir merupakan multiple-use zone; c) Kawasan pesisir menerima dampak negatif berupa pencemaran, sedimentasi, dan perubahan regim hidrologi akibat aktivitas manusia & pembangunan di daratan dan juga laut lepas; d) 65% masyarakat pesisir masih miskin (BPS, 1998), juga dibanyak masyarakat pesisir di negara berkembang; e) Kawasan pesisir rentan (vulnerable) terhadap perubahan lingkungan; f) Kawasan pesisir merupakan sumberdaya milik bersama (common property resource), sehingga pola pemanfaatannya cenderung bersifat open access, yang mengakibatkan tragedy of the commons.
·   Konsep penting: Integrated Coastal Zone Management à ‘ a continuous and dynamic process by which decisions are made for the sustainable use, development, and protection of coastal and marine areas and resources’ (Cicin-Sain and Knect, 1998).

2.4 Pengelolaan kota
2.4.1 Pengelolaan infrastruktur, transportasi
Problem sosial ekonomi perkotaan à faktor penyebab munculnya proble, sebab-akibat, toleransi sosial masyarakat, solusi sosial-ekonomi perkotaan

2.4.2 Pengembangan komunitas perkotaan
·   Perlu disadari bahwa terminologi “komunitas” dapat digunakan dalam berbagai konteks dan memiliki makna bergantung pada konteksnya. Secara singkat, komunitas di perkotaan dapat terbentuk berkaitan dengan aspek geografis (misalnya: berada pada kelurahan yang sama), atau fungsi/kepentingan tertentu (misalnya: komunitas keagamaan, hobi, dll). Sebagai ruang kehidupan bagi masyarakat yang heterogen, kelompok-kelompok masyarakat di perkotaan umumnya membentuk komunitas masing-masing, baik secara formal/informal ataupun terikat/sukarela.
·   Komunitas dapat dikategorikan sebagai pendekatan maupun tujuan. Sebagai pendekatan, komunitas ialah tindakan berkelompok dan bersama untuk mencapai sesuatu yang berguna /  dijadikan tujuan bersama oleh komunitas dan individu. Sebagai tujuan, komunitas adalah titik akhir untuk mempertahankan kebersamaan dan gaya hidup.
·   Pengembangan komunitas juga menjadi sangat penting bagi perencanaan kota karena dianggap dapat menjadi cara untuk menignkatkan kualitas kehidupan masyarakat perkotaan (misalnya: komunitas masyarakat berpenghasilan rendah dan/atau tinggal di kawasan kumuh). Bentuk/pendekatan/entry point pengembangan komunitas perkotaan; self-help approach, technical assistance, atau social conflict. (Rothman:1974, Chin & Benne:1976, Crowfoot & Chesler: 1976)
o Self-help merupakan strategi pembangun sebuah komunitas, yang terdiri dari perencanaan, pembuatan kebijakan, dan pemecahan persoalan (Christenson and Robcation, 1980); Pendekatan self-help tersebut tidak hanya menekankan pada “apa” yang diraih oleh komunitas, tetapi lebih penting, “bagaimana” meraihnya.
o Technical assistance pada dasarnya menitikberatkan pengembangan komunitas dengan memberikan dukungan teknis (baik berupa barang, jasa, maupun keahlian) dan sebatas pada perbaikan struktur yang ada di dalam komunitas; daripada berupaya menggantikan dengan struktur yang baru. Secara singkat, pengembangan komunitas ditekankan pada transfer “know-how”
o Pendekatan melalui konflik pada dasarnya berupaya mempertemukan dan memunculkan permasalahan yang ada di tengah masyarakat agar debat dan dan diskusi atas permasalahan tersebut dilakukan. Di dalam pengembangan masyarakat, dimungkinkan pula keberadaan pihak ketiga sebagai fasilitator resolusi konflik.
·   Konsep kunci: community organizing, leadership, organizational development, kerjasama antar organisasi
·   Konsep pengembangan kapasitas komunitas (Chaskin 2001)

2.4.3 Isu kesehatan dan lingkungan perkotaan
·   Millennium Development Goals di bidang kesehatan dan keterkaitannya dengan perencanaan kota:
o Peningkatan kualitas hidup di kawasan padat penduduk, termasuk di dalamnya slum upgrading
o Isu penyediaan fasilitas kesehatan perkotaan.
·   Isu – isu lingkungan perkotaan
o Kota sebagai sumber emisi yang memperparah kejadian perubahan iklim à perlunya mitigasi perubahan iklim (berbeda dengan mitigasi pada konteks bencan), yang dimaksud ialah usaha pengurangan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan berbagai kegiatan di perkotaan; misalnya usaha mitigasi di sektor transportasi, industri, persampahan, bangunan, dll.
o Kota sebagai area yang akan terpapar dampak dari perubahan iklim à perlunya adaptasi perubahan iklim, yang dimaksud ialah usaha untuk mengurangi dampak negatif yang mungkin terjadi pada suatu kota; misalnya usaha untuk mengatur perumahan di tepi pantai agar tidak terpapar kenaikan muka air laut, dll (dalam hal ini, adaptasi perubahan iklim sangat beririsan dengan konsep mitigasi pada manajemen bencana).
o Pencemaran udara, air, dan tanah di kawasan perkotaan.

2.4.5 Masa depan perkotaan
·   Tantangan dan implikasi masa depan perkotaan (Devas dan Rakodi, 1992):
o Pertumbuhan kota yang sangat pesat
o Implikasi pertumbuhan kota terhadap kebutuhan prasarana dan sarana perkotaan
o Mengapa pertumbuhan kota-kota terus berlanjut ?
o Apakah pertumbuhan kota-kota sesuatu yang baik atau buruk ?
o Dapatkah pertumbuhan perkotaan dikendalikan ?
o Apa dan bagaimana pemerintah melakukan intervensi dalam pembangunan perkotaan?
·   Tantangan akibat pertumbuhan penduduk di perkotaan yang terus berlanjut




















2.4.6 Kota-kota di Dunia

2.4.7 Kota di Negara berkembang
·         Fenomena kota utama di Asia Tenggara (Hans-Diever Evers dan R. Korff: 2000) à Modernisasi dan kota global
o Salah satu faktor penyebab berhasilnya modernisasi adalah kebijakan yang mengarah kepada integrasi internasional. Faktor inilah yang mendorong perubahan khas kota-kota besar Asia Tenggara.
o Kota-kota utama (primate cities) berubah menjadi metropolis, yang memiliki keterkaitan sama besar dengan negara sendiri dan dengan masyarakat metropolitan global.
o Kota utama adalah tempat terartikulasinya globalisasi, integrasi nasional, dan lokalisasi.
o Proses globalisasi, integrasi nasional dan lokalisasi ini berakar di dan menyebar jauh ke luar metropolis, ketiganya berlangsung di kota sehingga menimbulkan ambivalensi  à            Kota ini bukan kota global, bukan kota   nasional atau lokal, tetapi kombinasinya     ketiganya.
·         Semua kota besa Asia Tenggara memiliki ciri primate cities (kota utama) yang sangat menonjol (Chong, 1976) : Semua ibukota negara di Asia Tenggara pastilah terbesar di negaranya; Penduduknya beberapa kali lipat dari jumlah penduduk di kota kedua; Memiliki pelabuhan terbesar; Merupakan tempat kedudukan kantor pusat bisnis dan pemerintahan; Sebagai pusat kebudayaan dan sosial; Merupakan lokasi utama bagi produksi industri


2.4.8 Kota di negara maju


Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGYd8gH1-28SsMl5GPEq0u0IHjCUhGV0DC3rLbUY2RqrsPD6NpT-L0Ka68bB2JiDmxcKivZpy9qb12abP9o0PZSqbdFC2A-1gyxCmeTPWYPIBVNc98YMciMF9CD0jztqMqqd1yBpzEi5cf/s1600/untitled.JPG
Ciri khas kota-kota Eropa, Amerika, Asia, Afrika, Australia

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaF0zJYvKsCy6_6zX5V4cahUG03DJ_BlFQuo6asoka39g_RHlkCA7_omstZsAV7Q5Ep0WT43f4TONgd7BPvxpw8jR5awJOrwvf838DCLoSjYEluCygkHgtbBwyNm9qQRetk8gPkeDj-8hl/s320/Screenshot_26.jpg
Gambar – Ciri khas Struktur Kota peninggalan kolonialisme di Asia Tenggara


Minggu, 01 November 2015

Macam-Macam arus laut



Arus laut adalah gerakan massa air laut yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

Faktor Penyebab Terjadinya Arus
Arus di permukaan laut terutama disebabkan oleh tiupan angin, sedang arus di kedalaman laut disebabkan oleh perbedaan densitas massa air laut. Selain itu, arus di permukan laut dapat juga disebabkan oleh gerakan pasang surut air laut atau gelombang. Arus laut dapat terjadi di samudera luas yang bergerak melintasi samudera (ocean currents), maupun terjadi di perairan pesisir (coastal currents). Penyebab utama arus permukaan laut di samudera adalah tiupan angin yang bertiup melintasi permukaan Bumi melintasi zona-zona lintang yang berbeda. Ketika angin melintasi permukaan samudera, maka massa air laut tertekan sesuai dengan arah angin.
Pola umum arus permukaan samudera dimodifikasi oleh faktor-faktor fisik dan berbagai variabel seperti friksi, gravitasi, gerak rotasi Bumi, konfigurasi benua, topografi dasar laut, dan angin lokal. Interaksi berbagai variabel itu menghasilkan arus permukaan samudera yang rumit. Karena gerakannya yang terus menerus itu, massa air laut mempengaruhi massa udara yang ditemuinya dan merubah cuaca dan iklim di seluruh dunia.

Gelombang yang datang menuju pantai membawa massa air dan momentum, searah penjalaran gelombangnya. Hal ini menyebabkan terjadinya arus di sekitar kawasan pantai. Penjalaran gelombang menuju pantai akan melintasi daerah-daerah lepas pantai (offshore zone), daerah gelombang pecah (surf zone), dan daerah deburan ombak di pantai (swash zone). Diantara ketiga daerah tersebut, Bambang Triatmodojo (1999) menjelaskan bahwa karakteristik gelombang di daerah surf zone dan swash zone adalah yang paling penting di dalam analisis proses pantai.
Menurut Dean dan Dalrymple (2002), perputaran/sirkulasi arus di sekitar pantai dapat digolongkan dalam tiga jenis, yaitu: arus sepanjang pantai (Longshore current), arus seret (Rip current), dan aliran balik (Back flows/cross-shore flows). Sistem sirkulasi arus tersebut seringkali tidak seragam antara ketiganya bergantung kepada arah/sudut gelombang datang. Pada kawasan pantai yang diterjang gelombang menyudut (αb > 5o) terhadap garis pantai, arus dominan yang akan terjadi adalah arus sejajar pantai (longshore current).

Sedangkan apabila garis puncak gelombang datang sejajar dengan garis pantai, maka akan terjadi 2 kemungkinan arus dominan di pantai. Yang pertama, bila di daerah surf zone terdapat banyak penghalang bukit pasir (sand bars) dan celah-celah (gaps) maka arus yang terjadi adalah berupa sirkulasi sel dengan rip current yang menuju laut. Kemungkinan kedua, bila di daerah surf zone tidak terdapat penghalang yang mengganggu maka arus dominan yang terjadi adalah aliran balik (back flows).
Terjadinya rip current Namun karena pengaruh hidrodinamik laut yang sangat kompleks, maka yang biasanya terjadi adalah kombinasi dari kondisi-kondisi di atas. Seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Macam-macam arus :

1. Arus Permukaan Laut di Samudera (Surface Circulation) disebabkan Angin Muson
Faktor utama adalah tiupan angin yang bertiup melintasi permukaan Bumi melintasi zona-zona lintang yang berbeda. Ketika angin melintasi permukaan samudera, maka massa air laut tertekan sesuai dengan arah angin. Pola umum arus permukaan samudera dimodifikasi oleh faktor-faktor fisik dan berbagai variabel seperti friksi, gravitasi, gerak rotasi Bumi, konfigurasi benua, topografi dasar laut, dan angin lokal. Interaksi berbagai variabel itu menghasilkan arus permukaan samudera yang rumit. Arus di samudera bergerak secara konstan melintasi samudera yang luas dan membentuk aliran yang berputar searah gerak jarum jam di Belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere), dan berlawanan arah gerak jarum jam di Belahan Bumi Selatan (Southern Hemisphere). Karena gerakannya yang terus menerus itu, massa air laut mempengaruhi massa udara yang ditemuinya dan merubah cuaca dan iklim di seluruh dunia.

2. Arus di Kedalaman Samudera (Deep-water Circulation) disebabkan Proses Konveksi
Faktor utama yang mengendalikan gerakan massa air laut di kedalaman samudera adalah densitas air laut. Perbedaan densitas diantara dua massa air laut yang berdampingan menyebabkan gerakan vertikal air laut dan menciptakan gerakan massa air laut-dalam (deep-water masses) yang bergerak melintasi samudera secara perlahan. Gerakan massa air laut dalam tersebut kadang mempengaruhi sirkulasi permukaan. Perbedaan densitas massa air laut terutama disebabkan oleh perbedaan temperatur dan salinitas air laut. Oleh karena itu, gerakan massa air laut dalam tersebut disebut juga sebagai sirkulasi termohalin (thermohaline circulation).

3. Arus Pasang Surut (Tidal Current)
Arus pasang surut terjadi terutama karena gerakan pasang surut air laut. Arus ini terlihat jelas di perairan estuari atau muara sungai. Bila air laut bergerak menuju pasang, maka terlihat gerakan arus laut yang masuk ke dalam estuari atau alur sungai; sebaliknya ketika air laut bergerak menuju surut, maka terlihat gerakan arus laut mengalir ke luar.

4. Arus Sepanjang Pantai (longshore current) dan Arus Rip (rip current)
Kedua macam arus ini terjadi di perairan pesisir dekat pantai, dan terjadi karena gelombang mendekat dan memukul ke pantai dengan arah yang muring atau tegak lurus garis pantai. Arus sepanjang pantai bergerak menyusuri pantai, sedang arus rip bergerak menjauhi pantai dengan arah tegak lurus atau miring terhadap garis pantai.


5. Arus Panas dan Arus Dingin
Keduanya merupakan arus yang disebabkan perbedaan suhu air laut dengan suhu air laut disekitarnya. Arus panas terjadi jika suhu air laut lebih panas daripada air laut sekitarnya, sedang arus dingin terjadi bila suhu air laut lebih dingin dari suhu air laut sekitarnya.

6. Break Current
Arus air yang mengalir kuat ke arah laut dari sekitar pantai, biasanya melalui garis selancar, dan dapat terjadi pada setiap pantai yang bergelombang pecah. Saat angin dan gelombang laut mendorong air menuju pantai, air sering didorong menyamping oleh gelombang yang mendekat. Air ini mengalir ke sepanjang garis pantai sampai menemukan jalan keluar kembali ke laut atau ke perairan danau yang terbuka. Arus pecah yang dihasilkan biasanya sempit dan terletak di sebuah parit antara gosong pasir, di bawah dermaga atau sepanjang dermaga jetti.
Macam-macam arus laut menurut letaknya, yaitu :
• arus bawah
• arus atas
Macam-macam arus laut menurut suhunya, yaitu :
• arus panas
• arus dingin
Macam-macam arus laut menurut cara terjadinya :
• arus laut karena pengaruh tiupan angin.
• arus laut karena perbedaan kadar garam/berat jenis
• arus laut karena perbedaan tinggi rendah permukaan air laut yang disebabkan oleh pasang surut.
• arus laut karena pengaruh daratan/benua.

3.1. Arus di samudra pasifik
Samudra pasifik neruipakan samudra yang terluas didunia. Samudra ini dibedakam menjadi dua kelompok. Yaitu :
a) di sebelah utara khatulistiwa
• arus khatulistiwa utara, arus panas yang bergerak menuju barat dan sejajar dengan garis khatulistiwa yang digerakkan oleh angin pasat timur laut.
• arus kuroshiwo, arus panas yang mengalir dari Filipina menuju perairan Jepang, selanjutnya ke Amerika Utara.
• arus kalifornia, arus dingin kelanjutan dari Kuroshiwo, bergerak di pesisir barat Amerika Utara ke arah khatulistiwa.
• arus oyashiwo, arus dingin dari selat Bering menuju ke selatan Kepulauan Jepang dan bertemu Arus Kuroshiwo. Pertemuan dua arus ini membuat perairan di sekitarnya kaya akan ikan, karena di temat tersebut keberadaan plankton sangat melimpah.


b) di sebelah selatan khatulistiwa
• arus khatulistiwa selatan, arus panas yang bergerak ke barat sejajar dengan garis khatulistiwa akibat angin pasat tenggara.
• arus humboldt atau arus peru, arus laut dingin yang mengalir di pesisir barat Amerika Selatan ke arah utara.
• arus australia timur, arus laut yang bergerak di sepanjang pesisir Australia Timur ke selatan.
• arus angin barat, merupakan arus laut di Australia timur yang mengalir menuju ke timur.

3.2. Arus di samudra Hindia
a) di sebelah utara khatulistiwa
• arus laut muson barat daya, arus panas yang bergerak menyusuri Laut Arab dan Teluk Benguela, akibat angin musim barat daya.
• arus laut muson timur laut, arus laut panas bergerak ke barat melalui Teluk Benguela dan Laut Arab.

b) di sebelah selatan khatulistiwa
• arus maskarena dan arus agulhas, arus panas yang mengalir ke selatan melewati pantai Pulau Madagaskar Timur sedangkan Arus Agulhas di sebelah barat.
• arus angin barat, arus laut dingin yang menyusuri pantai barat Benua Australia ke arah utara.

3.3 Arus di samudra Atlantik

a) di sebelah utara khatulistiwa
• arus Greenland timur, arus laut dingin yang bergerak dari kutub utara menuju pulau Greenland.
• arus labrador, arus dingin yang bergerak dari kutub utara ke selatan melewati pantai timur Labrador.
• arus canari, arus dingin yang bergerak melalui pesisir Spanyol dan mengalir ke selatan (pantai barat Afrika).

b) di sebelah selatan khatulistiwa
• arus khatulistiwa selatan, arus laut panas yang bergerak ke barat, sejajar dengan garis khatulistiwa. Arus ini didorong oleh angin pasat tenggara.
• arus brazilia, arus panas yang mengalir menyusuri pantai Amerika Selatan (Brazilia) dan terus mengalir ke selatan.
• arus benguela, arus dingin yang bergerak ke arah utara menyusuri pantai barat Afrika Selatan dan yang akhirnya kembali menjadi Arus Khatulistiwa Selatan.
• arus angin barat, merupakan kelanjutan dari Arus Brazilia yang ke arah timur dan berupa arus dingin.

Metode Perolehan Data Arus.
Pengukuran Arus Secara Insitu
Agar memperoleh ketepatan pengukuran yang baik, pengukuran harus dilakukan di sepanjang kolom pengukuran. Ketersediaan alat ukur (misalnya: current meter) membatasi kemampuan melakukan pengukuran secara sekaligus di satu kolom pengukuran. Arus di perairan pantai tidak bergerak dengan kecepatan yang tetap, melainkan berfluktuasi, baik secara acak maupun sistematik. Fluktuasi kecepatan arus berkisar mulai dari perioda singkat (detik) sampai panjang (jam). Fluktuasi kecepatan arus singkat dan acak dapat disebabkan oleh turbulensi dan pengaruh angin atau gelombang. Fluktuasi kecepatan arus panjang dan sistematik dapat disebabkan oleh siklus pasang surut. Status termaju teknologi pengukuran arus saat ini adalah dengan metoda akustik menggunakan ADCP yang memanfaatkan prinsip Doppler untuk mengukur kecepatan arus. ADCP mengirimkan gelombang akustik dengan frekuensi tertentu yang diketahui ke kolom air. Beberapa saat kemudian, ADCP mendengarkan pantulannya kembali dari partikel-partikel padat yang melayang dalam air. Teknologi akustik semacam ADCP memungkinkan pengukuran arus dengan akurasi tinggi. Dengan ADCP, resolusi temporal dan spasial yang tinggi untuk pengukuran arus dapat dicapai (adcpartikel.htm).

Perolehan Data Arus Dengan Satelit Altimetri
Dikutip dari www.geodesy.gd.itb.ac.id.htm, secara umum sistem satelit altimetri mempunyai tiga objektif ilmiah jangka panjang yaitu: mengamati sirkulasi lautan global, memantau volume dari lempengan es kutub, dan mengamati perubahan muka laut rata-rata (MSL) global. Dalam konteks geodesi, objektif terakhir dari misi satelit altimetri tersebut adalah yang menjadi perhatian. Dengan kemampuannya untuk mengamati topografi dan dinamika dari permukaan laut secara kontinyu, maka satelit altimetri tidak hanya bermanfaat untuk pemantauan perubahan MSL global, tetapi juga akan bermanfaat untuk beberapa aplikasi geodetik dan oseanografi seperti yang diberikan [SRSRA, 2001; Seeber, 1993]:
- Penentuan topografi permukaan laut (SST)
- Penentuan topografi permukaan es
- Penentuan geoid di wilayah lautan
- Penentuan karakteristik arus dan eddies
- Penentuan tinggi (signifikan) dan panjang (dominan) gelombang
- Studi pasang surut di lepas pantai
- Penentuan kecepatan angin di atas permukaan laut
- Penentuan batas wilayah laut, dan es
- Studi fenomena El Nino
- Manajemen sumber daya laut
- Unifikasi datum tinggi antar pulau
Begitu banyak hal yang dapat kita pelajari dengan mengaplikasikan teknologi Satelit Altimetri, sehingga teknologi ini mulai menjadi trend baru dalam dunia science dan rekayasa geodesi kelautan, oceanografi, dan bidang-bidang ilmu terkait lainnya.
Satelit Altimetri diperlengkapi dengan pemancar pulsa radar (transmiter), penerima pulsa radar yang sensitif (receiver), serta jam berakurasi tinggi. Pada sistem ini, altimeter radar yang dibawa oleh satelit memancarkan pulsa-pulsa gelombang elektromagnetik (radar) kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan balik oleh permukaan laut dan diterima kembali oleh satelit.

Informasi utama yang ingin ditentukan dengan satelit altimetri adalah topografi dari muka laut. Hal ini dilakukan dengan mengukur ketinggian satelit di atas permukaan laut dengan menggunakan waktu tempuh dari pulsa radar yang dikirimkan kepermukaan laut, dan dipantulkan kembali ke satelit.

Untuk mengeliminasi efek dari gelombang serta gerakan muka laut berfrekuensi tinggi lainnya, jarak ukuran adalah jarak rata-rata dalam daerah footprint. Dari data rekaman waktu tempuh sinyal kita dapat menentukan posisi vertikal permukaan laut, topografi muka laut (SST), Undulasi Geoid, Topografi es, lokasi dan kecepatan arus laut. Dari data amplitudo gelombang pantul kita dapat memperoleh informasi mengenai kecepatan angin sepanjang permukaan groundtrack satelit, dan batas laut serta es. Sementara itu dari data bentuk dan struktur muka gelombang pantul kita dapat melihat tinggi gelombang, panjang gelombang dominan, informasi termoklin, dan kemiringan lapisan es.



Oleh :
Kintantya Qurrata A’yunin
26020110130090